Pernah bertanya, mengapa orang-orang bijak selalu punya jawaban tepat untuk masalah hidup? Rahasianya sederhana: mereka tak pernah melupakan peribahasa yang diajarkan sejak duduk di bangku SMP. Ya, pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama bukan sekadar hafalan untuk ujian—tapi kunci membangun kebijaksanaan seumur hidup.
Sejak SMP, kita diajari peribahasa seperti “Seperti pepatah, Tak kenal maka tak sayang” atau “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”. Saat itu, mungkin kita menganggapnya sebagai tugas biasa. Tapi lihatlah sekarang:
Peribahasa yang ditanam sejak remaja menjadi refleks mental di usia dewasa.
Di usia 12-15 tahun, otak remaja sangat receptive terhadap nilai moral. Guru-guru sengaja memasukkan peribahasa ke kurikulum karena:
Orang bijak tak “kebetulan” paham peribahasa—mereka sengaja merawat pelajaran SMP itu sebagai kompas hidup.
Banyak yang mengira peribahasa hanya untuk anak sekolah. Padahal, justru di usia dewasa, kita baru benar-benar paham maknanya. Contoh:
Orang bijak tak pernah berhenti belajar dari peribahasa—karena di balik 5-10 kata itu, tersimpan kearifan yang mengalahkan ribuan teori.
Kebijaksanaan bukan hadiah usia—tapi hasil merawat benih yang ditanam sejak SMP. Jadi, jangan anggap remeh pelajaran “jaman dulu”. Di situlah rahasia orang-orang hebat membangun pola pikir yang tak lekang oleh zaman.
Ingat: Orang bijak tak lahir dengan kearifan—mereka hanya tak pernah lupa pada apa yang diajarkan guru Bahasa Indonesia di kelas
Tinggalkan Komentar