Info Sekolah
Wednesday, 01 May 2024
  • Selamat Datang di laman resmi SMP Negeri 1 Kota Serang

Penyajian Ragam Soal AKM di LMS MOODLE

Thursday, 4 November 2021 Oleh : admin

A. Pendahuluan

Salah satu kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan di Indonesia adalah dicanangkannya kebijakan merdeka belajar.  Penerapan nyata dari kebijakan ini adalah dihapuskannya Ujian Nasional (UN) diganti menjadi Asesmen Kompetensi bersifat nasional.  Asesmen nasional terdiri dari tiga bagian, yakni; Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar.

Selama ini sekolah sudah terbiasa dengan penyajian materi dan evaluasi hasil belajar mengacu pada soal-soal UN yang cenderung monoton serta bersifat instant saja.  Oleh karena itu dengan penerapan AKM diharapkan sekolah mempu meningkatkan kompetensi dan keterampilan siswa dalam menghadapi kecakapan hidup abad 21.  Lebih jauh lagi, Bagus Hary Prakoso, Ph.D menyampaikan bahwa hasil tes PISA 2012 pada mayoritas siswa 15 tahun menunjukkan sangat rendahnya kemampuan literasi dasar membaca, matematika dan sains.  Jika kondisi ini terus terjadi, maka anak-anak Indonesia tidak akan mampu berdaya saing secara global.

Model soal-soal AKM terdiri dari soal literasi dan numerasi. Soal jenis ini diharapkan mampu mengembangkan budaya baca siswa dan juga mengasah kemampuan siswa dalam menganalisa soal dalam bentuk hitungan.  Soal soal dalam AKM juga menuntut siswa agar rajin membaca dengan jenis soal bacaan yang panjang untuk kemudian dijadikan stimulus dan siswa diharapkan mampu menjawab soal-soal tersebut.

Beberapa tipe pertanyaan soal AKM dalam literasi dan numerasi diantaranya;

  1. Gagasan pokok teks.
  2. Survei karakter
  3. Simpulan teks.
  4. Persamaan isi beberapa teks.
  5. Pernyataan benar atau salah.
  6. Mengisi data sesuai pertanyaan
  7. Pernyataan yang sesuai/tidak sesuai dengan teks.
  8. Memberi pernyataan yang disertai alasan jawabannya

Adapun komponen dari model asesmen literasi membaca dan numerasi dibagi menjadi 3 bagian:

  • Konten

Bagian ini menyajikan soal dengan berdasarkan pada konten atau isi teks bersifat informasi maupun teks fiksi.  Adapun pada literasi numerasi, menguji bilangan, geometri dan pengukuran, data dan ketidakpastian, serta aljabar.

  • Proses Kognitif

Soal ini menguji murid untuk menemukan informasi tersirat ataupun tersurat, menginterprestasi dan mengintegrasikan isi teks, mengevaluasi serta merefleksikan isi teks tersebut dengan konteks, fakta, yang ada di luar kelas.

Pada sisi lain, asesmen numerasi juga diharapkan dapat melibatkan proses pada pemahaman konsep, keterampilan menerapkan konsep tersebut dalam permasalahan bersifat rutin, memiliki nalar pada penyelesaian masalah bersifat non rutin.

  • Konteks

Secara konteks soal, materi soalnya diangkat pada muatan konteks personal, sosial budaya dan juga muatan sains.

Penyajian soal AKM juga mengalami perubahan dari yang selama ini didominasi oleh tipe soal Pilihan Ganda menjadi beberapa soal yang beragam, diantaranya;

  1. Pilihan Ganda.  Siswa menjawab soal hanya memilih satu soal jawaban benar saja.
  2. Pilihan Ganda Komplek.  Siswa menjawab soal dengan memilih lebih satu jawaban benar.
  3. Menjodohkan. Siswa menjawab dengan cara mencocokkan pertanyaan atau pernyataan dengan jawaban yang benar.
  4. Isian Singkat. Siswa menjawab dengan menuliskan/mengetikkan jawaban singkat bisa berupa bilangan, angka, kata menyebutkan benda, tempat atau jawaban pasti lainnya.
  5. Uraian.  Siswa menjawab sebuah pertanyaan dengan menuliskan/mengetikkan menjelaskan jawabannya disertai alasan dan argumen jawaban.

B. Kondidi Sekolah Saat Pandemi

Tuntutan agar layanan pendidikan bagi peserta didik secara daring memunculkan permasalahan baru bagi sekolah dan guru.  Pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tanpa adanya tatap muka antara guru sebagai pengajar dengan peserta didik sebagai pembelajar dengan menggunakan perangkat elektronik.  Hal ini seperti dinyatakan oleh Brown dalam Waryanto, bahwa Pembelajaran elektronik daring atau dalam jaringan dan ada juga yang menyebutnya online learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown dalam Waryanto, 2006: 12)

Jenis pembelajaran daring dilihat dari sisi kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis seperti dinyatakan oleh Soekartawi dalam Waryanto, diantaranya adalah;

  1. Suplemen, sebagai suplemen jika siswa mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran online atau tidak, dalam hal ini tidak ada kewajiban bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran online.
  2. Komplemen, sebagai komplemen jika materi pembelajaran online diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas. Materi pembelajaran online diprogramkan untuk menjadi materi pengayaan atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
  3. Subtitusi, sebagai subtitusi jika materi pembelajaran online diprogramkan untuk menggantikan materi pembelajaran yang diterima siswa di kelas (Soekartawi dalam Waryanto, 2006: 12-13)

Dalam masa pandemi, dengan status zona merah, dan kuning maka pilihan ke-tiga yang diterapkan yakni berjenis Substitusi atau pengganti kelas tatap muka menjadi kelas daring.

Beberapa permasalahan yang muncul ditengan pembelajaran jarak jauh diantaranya;

  1. Orang tua tidak memiliki gawai pintar (Smart-Phone).
  2. Memiliki gawai pintar (Smart-Phone) namun susah sinyal dan koneksi internet yang buruk.
  3. Orang tua yang tuntutan kerjanya harus diluar rumah sehingga tidak bisa mendampingi anaknya ketika belajar daring.
  4. Beberapa orang tua yang tidak paham dengan teknologi.

Dampak dari pandemi pada dunia pendidikan sangat besar sekali.  Salah satunya adalah munculnya beberapa jenis software, aplikasi, pengganti kelas tatap muka menjadi kelas jarak jauh atau Virtual Class. Akan tetapi dari semua aplikasi yang ada sangat sedikit sekali yang dapat dijadikan sebagai sebuah kelas yang utuh, mulai dari penyajian materi, proses penyajian materi, dan evaluasi.

Beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk pengembangan platform belajar di sekolah kami diantara;

  1. Mampu menampung jumlah siswa 1360 siswa dan 52 orang guru dalam satu platform.
  2. Mampu membagi-bagi kelas seperti kelas nyata.
  3. Mampu menyajikan soal soal mengacu pada ragam soal AKM.
  4. Mampu menyajikan materi pelajaran yang mendukung berbagai jenis file dalam penyajiannya, Audio, Video, Text, Gambar dan Animasi.
  5. Mampu melaksanakan soal soal ujian secara bersamaan dengan tingkat penyesuaian tinggi, seperti bisa ujian susulan, remedial, dan prasyarat.
  6. Mampu memberikan detail pengguna dengan tingkat akurasi tinggi
  7. Mampu menghasilkan laporan hasil belajar secara rinci

Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka muncul beberapa pilihan dari aplikasi yang sudah ada, diantaranya; Google Class Room, Schoology, Atutor, Edmodo, LearnDash, Moodle.

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, maka sekolah kami memutuskan Moodle sebagai platform pembelajaran daring dan penulis sendiri sebagai Admin dari LMS ini.  Moodle adalah Sistem Manajemen Pembelajaran open source terpopuler di dunia yang didukung oleh komunitas yang kuat. Sejak rilis awal pada tahun 2002, pengguna Moodle telah berkembang pesat di semua negara dan di semua sektor. Meskipun memiliki banyak pesaing baru,  Moodle tetap menjadi salah satu LMS open source terbaik di dunia karena komunitasnya yang kuat dan desain pedagogisnya.  

Alasan lain untuk membenarkan pemilihan Moodle sebagai LMS adalah Open Source dan gratis digunakan untuk semua orang; tidak perlu membayar satu sen pun untuk menggunakannya di server sendiri. Namun, jika kita memerlukan server atau layanan apa pun seperti penyesuaian, perancangan, dll., maka kita perlu membayarnya guna sewa tenaga. Kita bebas mengambil data, menghola data, dan tidak terikat dengan perusahaan manapun. Sehingga mutlak data yang ada memang benar-benar milik pengguna tanpa pihak ketiga.