Info Sekolah
Saturday, 08 Feb 2025
  • Selamat Datang di laman resmi SMP Negeri 1 Kota Serang
17 January 2025

Menganyam Keberagaman dalam Kelas Bahasa Inggris: Merangkul Budaya dengan Culturally Responsive Teaching (CRT)

Friday, 17 January 2025 Kategori : Artikel / Kurikulum

Di era globalisasi ini, kelas tidak lagi menjadi ruang homogen. Siswa datang dengan latar belakang budaya, bahasa, dan pengalaman yang berbeda-beda. Perbedaan ini, alih-alih dianggap sebagai tantangan, justru dapat menjadi kekuatan pendorong pembelajaran yang lebih bermakna dan inklusif. Inilah esensi dari Culturally Responsive Teaching (CRT), sebuah pendekatan yang merangkul keberagaman sebagai aset berharga dalam pendidikan.

Geneva Gay, seorang pakar dalam bidang pendidikan multikultural, mendefinisikan Culturally Responsive Teaching (CRT) sebagai: “Using cultural knowledge, prior experiences, frames of reference, and performance styles of ethnically diverse students to make learning encounters more relevant1 to and effective for them. It teaches to and through the strengths of these students.” (Menggunakan pengetahuan budaya, pengalaman sebelumnya, kerangka acuan, dan gaya kinerja siswa yang beragam etnis untuk membuat pengalaman belajar lebih relevan dan efektif bagi mereka. Ini mengajar untuk dan melalui kekuatan siswa-siswa ini). Definisi ini menekankan bahwa Culturally Responsive Teaching (CRT) memanfaatkan latar belakang budaya siswa sebagai landasan untuk pembelajaran yang lebih efektif.

Manfaat Culturally Responsive Teaching (CRT) bagi Sekolah:

Penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT) membawa segudang manfaat bagi sekolah, di antaranya:

  • Peningkatan Motivasi dan Prestasi: Ketika siswa merasa budaya mereka dihargai dan diakui di kelas, motivasi dan minat belajar mereka meningkat. Hal ini berdampak positif pada prestasi akademik mereka.
  • Lingkungan Belajar Inklusif: Culturally Responsive Teaching (CRT) menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang mereka.
  • Pengembangan Karakter: Culturally Responsive Teaching (CRT) menumbuhkan sikap toleransi, empati, dan saling menghormati antar siswa, yang merupakan fondasi penting bagi pengembangan karakter.
  • Hubungan yang Lebih Baik dengan Komunitas: Keterlibatan orang tua dan komunitas dalam penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT) mempererat hubungan antara sekolah dan masyarakat.

Membedah Culturally Responsive Teaching (CRT) dan Kearifan Lokal:

Meskipun keduanya berkaitan dengan budaya, Culturally Responsive Teaching (CRT) dan kearifan lokal memiliki fokus yang berbeda. Kearifan lokal berfokus pada konten budaya spesifik suatu masyarakat, seperti adat istiadat, bahasa daerah, dan seni tradisional. Sementara itu, Culturally Responsive Teaching (CRT) berfokus pada proses pembelajaran dan bagaimana budaya memengaruhi cara siswa belajar. Culturally Responsive Teaching (CRT) menggunakan pengetahuan budaya siswa untuk membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna. Kearifan lokal dapat menjadi bagian dari konten yang diintegrasikan dalam pembelajaran yang menerapkan Culturally Responsive Teaching (CRT).

Menerapkan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris:

Mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki potensi besar untuk menerapkan Culturally Responsive Teaching (CRT). Berikut beberapa contoh penerapannya:

  • Tema “Keluarga”: Siswa berbagi cerita tentang keluarga mereka, membandingkan struktur keluarga, tradisi, dan makanan khas. Guru dapat membahas konsep keluarga dalam berbagai budaya, termasuk budaya Indonesia.
  • Tema “Makanan”: Siswa mendeskripsikan makanan tradisional daerah mereka dalam Bahasa Inggris, berbagi resep, atau membuat presentasi. Guru dapat membahas filosofi di balik makanan dan kebiasaan makan di berbagai budaya.
  • Tema “Cerita Rakyat”: Membaca dan menganalisis cerita rakyat dari berbagai daerah dan negara, membahas nilai-nilai moral dan budaya yang terkandung di dalamnya.

Asesmen dalam Culturally Responsive Teaching (CRT):

Asesmen dalam Culturally Responsive Teaching (CRT) harus adil, autentik, dan mempertimbangkan konteks budaya siswa. Beberapa contoh asesmen yang dapat diterapkan:

  • Portofolio: Mengumpulkan hasil karya siswa, seperti tulisan, gambar, atau rekaman, yang menunjukkan perkembangan belajar mereka.
  • Presentasi: Siswa mempresentasikan hasil penelitian atau proyek mereka di depan kelas.
  • Proyek Kolaborasi: Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek yang berkaitan dengan tema budaya.
  • Observasi: Guru mengamati partisipasi dan interaksi siswa di kelas.

Tantangan dan Solusi dalam Penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT):

Penerapan Culturally Responsive Teaching (CRT) tentu tidak lepas dari tantangan. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi:

  • Kurangnya Pengetahuan Guru tentang Budaya Siswa: Solusinya adalah dengan memberikan pelatihan dan workshop tentang budaya, menyediakan sumber informasi, dan mendorong guru untuk berinteraksi dengan siswa dan komunitas.
  • Stereotip dan Prasangka: Solusinya adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya toleransi dan saling menghargai perbedaan, mengadakan diskusi dan kegiatan yang mempromosikan inklusi.
  • Keterbatasan Sumber Daya: Solusinya adalah dengan mencari sumber daya alternatif, berkolaborasi dengan komunitas, dan memanfaatkan teknologi.
  • Legalitas Kurikulum: Solusinya adalah Memanfaatkan Kurikulum Merdeka: Mengoptimalkan otonomi yang diberikan dalam Kurikulum Merdeka untuk mengembangkan pembelajaran yang relevan dengan budaya lokal dan kebutuhan siswa. Bekerja sama dengan komunitas dan sekolah dalam perancangan pembelajaran.

Kesimpulan:

Culturally Responsive Teaching (CRT) bukan sekadar metode mengajar, tetapi sebuah filosofi yang menghargai keberagaman dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan. Dengan menerapkan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam pembelajaran Bahasa Inggris, kita tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan saling menghormati. Mari bersama-sama menganyam keberagaman dalam kelas, menciptakan generasi yang cerdas, berkarakter, dan berwawasan global.